Jawaban Diskusi & Tugas UT

TUGAS 2 PENGEMBANGAN SDM

Tugas 2 Pengembangan SDM kali ini full analisis. Tugas ini saya dapatkan tahun lalu dan perlu 3x revisi sampai saya bisa mendapatkan jawaban dengan nilai sempurna. maklum waktu itu dosennya perfectionis. awalnya saya cuman diaksih nilai 28. wkwkwk 28

Bacaan Tugas 2 Pengembangan SDM

PENGEMBANGAN SDM (EKMA4366)

Pada tanggal 20 Agustus 2020, FEUT Menyelenggarakan Pembelajaran tatap muka. Dosen yang hadir tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan mediator dalam pembelajaran. Dosen yang menerapkan sikap mengakui, menghargai dorongan diri, bahkan memberikan motivasi kepada mahasiswa agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal melalui proses interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Dosen lebih menekankan pada penyampaian (transfer) pengetahuan baru melalui serangkaian proses pengalaman belajar. Sementara mahasiswa, diposisikan sebagai subyek yang aktif yang diarahkan untuk mampu membangun sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.

Soal 1 – Tugas 2 Pengembangan SDM

 Dari fenomena yang terjadi pada pembelajaran tatap muka di FEUT, menurut Saudara :

  1. Sebutkan Jenis asumsi inti teori yang digunakan oleh dosen UT dalam kegiatan pembelajaran tatap muka tersebut?

JAWAB:

Jenis ausmsi inti teori yang digunakan oleh dosen UT tersebut adalah teori konstruktivisme. Setelah dibaca kembali kunci dari uraian diatas ada pada bagian “Dosen yang menerapkan sikap mengakui, menghargai dorongan diri, bahkan memberikan motivasi kepada mahasiswa agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal melalui proses interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas.”

Sehingga dosen menggunakan asumsi inti teori konstruktivisme. Teori kontruktivisme merupakan teori yang percaya bahwa seseorang mencari sendiri permasalahan, kemudian menyusun pengetahuannya sendiri melalui kemampuan berpikir yang telah dimilikinya  serta tantangan yang dihadapi. Kemudian mampu menyelesaikan hal itu dan membuat konsep mengenai teori dan seluruh pengalaman yang telah diterima dalam satu pengetahuan utuh.

Beberapa pendapat tokoh mengenai teori konstruktivisme yaitu

  • John Dewey
    John dewey berpendapat bahwa belajar itu tergantung pengalaman dan minat belajar sendiri dan harus bersifat aktif dan terlibat serta terpusat pada siswa. 
  • Jean Piaget
    sedangkan Jean Piaget berpendapat bahwa pengetahuan yang diperoleh adalah hasil dari kontruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru melalui 2 proses yaitu Asimiliasi yang berarti penambahan atau penyempurnaan konsep awal yang telah dimiliki serta Akomodasi yang merupakan proses terbentuknya konsep baru Karena konsep awal yang dimiliki sudah tidak relevan.
  • Lev Vygotsky
    pada pendapat Lev Vygostky ada dua poin penting yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa maupun melalui proses kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Kemudian Scaffolding merupakan pemberian bantuan pada seseorang hanya pada awal-awal pembelajaran serta mengurangi intensitas bantuan seiring berjalannya waktu.

Selanjutnya teori kontruktivisme memiliki karakteristik sebagai berikut

  • Mahasiswa tidak dipandang sebagai objek yang pasif tetapi aktif dan memiliki tujuan
  • Proses belajar dilakukan dengan mempertimbangkan proses keterlibatan mahasiswa
  • Pengetahuan bukanlah proses dari luar melainkan proses dari dalam diri mahasiswa dengan proses kontruksi personal
  • Sedangkan kruikulum yang dibuat tidak hanya dipelajari namun juga sebagai sumber pembelajaran  dan materi untuk mengembangkan proses kontruksi pengetahuan.

Dari beberapa poin karakteristik diatas dapat dihubungkan dengan potongan uraian soal tentang pembelajaran di Lingkungan Fe Ut seperti “Sementara mahasiswa, diposisikan sebagai subyek yang aktif yang diarahkan untuk mampu membangun sendiri pengetahuannya”.

Lebih lanjut mengenai tujuan atau implikasi dari teori kontruktivisme yaitu

  1. tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh teori belajar konstruktivisme yaitu menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi
  2. kurikulum dirancang dengan baik sehingga bisa menciptakan situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi. Selain itu, adanya tambahan latihan memecahkan masalah yang dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kelas.
  3. Mahasiswa diharapkan selalu aktif serta dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Sedangkan Dosen hanya bertugas sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri sendiri.

Dari ketiga poin tujuan teori kontruktivisme sesuai dengan uraian soal yang mengatakan bahwa “Dosen lebih menekankan pada penyampaian (transfer) pengetahuan baru melalui serangkaian proses pengalaman belajar. Sementara mahasiswa, diposisikan sebagai subyek yang aktif yang diarahkan untuk mampu membangun sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya

Soal 2 – Tugas 2 Pengembangan SDM

  1. Jelaskan perbedaan antara asumsi inti teori tersebut dengan teori kognitivisme?

Jawab:

Sedangkan perbedaan antara asumsi inti teori Kontruktivisme dengan teori kognitivisme yaitu sebagai berikut

baca juga: tugas Pengembangan SDM 3

Teori kognitivisme merupakan teori yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, serta menggunakan pengetahuan. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang disajikan bisa beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Teori kognitif lebih condong untuk mengarahkan siswa untuk dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dengan pemikiran yang logis. Berbeda dengan teori kontruktivisme yang mendorong siswa untuk dapat mencari sendiri permasalahan dan mengkontruksi pengetahuan dengan kemmapuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Baik asumsi inti teori yang saya pilih (teori kontruktivisme) dengan teori kognitivisme memiliki persamaan yaitu setiap orang dipandang memiliki pengetahuan/pengalaman dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif.

Sedangkan peberdaan kedua teori ini dapat diuraikan pada table berikut

Teori kontruktivismeTeori Kognitivisme
Belajar merupakan proses kontruksi pengetahuan dengan menggunakan kemampuan yang telah dimiliki serta pengalaman dan tantangan yang dihadapi sehingga menghasilkan konsep pengetauan yang baru.Belajar merupakan proses perubahan presepsi dan pemahaman tetapi tidak selalu berbentuk perubahan perilaku yang dapat diamati.
Kurikulum pembelajaran pada teori kontruktivisme akan menciptakan situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi sehingga mahasiswa dapat membangun sendiri pengetahuannya.Mahasiswa atau seorang yang belajaar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila kurikulum pelajaran disusun berdasaarkan pola dan logika tertentu.
Pada teori kontruktivisme siswa diharapkan selalu aktif serta dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Sedangkan Dosen hanya bertugas sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri sendiri.Implikasi teori kognitivisme dalam proses  pembelajaran lebih berfokus pada cara berpikir atau proses mental siswa, tidak sekedar hasilnya. Selain itu, siswa diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
  

Sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi inti teori kontruktivisme lebih menekankan proses pembelajaran yang mendorong siswa dapat mengkontruksi pengetahuan secara individu dengan bantuan dosen sebagai fasilitator. Serta proses kontruksi ini dihasilkan dari pengetahuan yang dimiliki individu, pengalaman yang dialami serta proses interaksi dengan sesama teman. (lebih menekankan pada proses kontruksi pengetahuan)

Sedangkan teori kognitif membutuhkan peran guru atau dosen dalam membentuk kurikulum yang dapat membuat siswanya berfikir logis dengan memanfaatkan kemampuan kognitif yang telah dimiliki oleh siswa dan mengasimilasikan dengan materi baru yang disajikan serta lebih menekankan pada proses belajar dan penyesuaian aspek kognitif siswanya.

Sumber : buku BMP Pengembangan SDM

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *